SERANG, Pilarnesia.com — umat Islam di Indonesia menyambut dengan suka ria kehadiran bualan suci romadhan tahun 2023 dengan ucapan “Marhaban Ya Romadhan”.
Adapun makna dari bulan suci romadhon kaitannyadengan Pancasila karena dibulan ini dianjurkan untuk adanyapeningkatan kepedulian sosial yang sejalan dengan nilai nilaiPancasila
Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawabatas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untukmengatasinya. “Kepedulian Sosial” dalam kehidupanbermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baikseseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Kepedulian sosialdimulai dari kemauan “MEMBERI” bukan “MENERIMA”, kata anggota MPR dari Fraksi Gerindra , H. Desmond J. Mahesa , 7 April 2023 di Komplek Depag Ciwaru, Cipocok, Kota Serang, Banten.
Bagaimana ajaran Nabi Muhammad untuk mengasihiyang KECIL dan Menghormati yang BESAR; orang-orang kelompok ‘besar’ hendaknya mengasihi dan menyayangiorang-orang kelompok ‘kecil’, sebaliknya orang ‘kecil’ agar mampu memposisikan diri, menghormati, dan memberikanhak kelompok ‘besar’. Rasul bersabda: ”Bukanlah termasukgolongan kami orang yang tidak menyayangi orang muda di antara kami, dan tidak mengetahui kemuliaan orang-orang yang tua di antara kami” (HR. At-Tirmidzy dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany )
Bagaimana Cara Pembentukan Sikap dan PrilakuKepedulian Sosial?. Sikap dan perilaku kepedulian sosialbukan pembawaan, tetapi dapat dibentuk melalui pengalamandan proses belajar; dapat dilakukan melalui 3 model:Mengamati dan Meniru perilaku peduli sosial orang-orang yang diidolakan (mengacu pada teori social learningnyaBandura).
Melalui proses pemerolehan Informasi Verbal tentangkondisi dan keadaan sosial orang yang lemah sehingga dapatdiperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan dirasakan oleh mereka dan bagaimana ia harusbersikap dan berperilaku peduli kepada orang lemah(mengacu pada teori kognitif Bruner).
Melalui penerimaan Penguat/Reinforcement berupakonsekuensi logis yang akan diterima seseorang setelahmelakukan kepedulian sosial (mengacu pada teori operant conditioning nya Skinner (konsekuensi mempengaruhiperilaku).
Puasa dapat membangun kepedulian, Kita bisa memilikikemampuan untuk berempati kepada orang lain dan menjalanihidup berdasarkan rasa kasih sayang, cinta kasih, dan belaskasih kepada orang-orang di sekitar Kita. Selalu ada sajagodaan untuk menjalani hidup yang hanya peduli pada kepentingan diri sendiri dan terfokus hanya pada apa yang menjadi tujuan dan keinginan Kita sendiri, tetapi hari-hariKita akan menjadi jauh lebih berharga jika Kita memikirkantentang apa yang orang-orang dalam kehidupan Kita pikirkandan rasakan. Membangun kepedulian berarti bersediamendengarkan, mengerti jika seseorang membutuhkanbantuan, dan memberikan dukungan bagi komunitas tanpamengharapkan penghargaan.
Jika Kita ingin menjalin hubungan yang lebih baikdengan orang lain, dan berbagi interaksi yang lebih bermaknadan tulus, mungkin Kita perlu meningkatkan kesadaran sosialterlebih dahulu. Memiliki kesadaran sosial berarti menyadariperasaan orang lain dengan memperhatikan ucapan dan perbuatannya.
Memiliki kesadaran sosial juga berarti menyadarikondisi lingkungan sekitar dan orang lain, serta pengaruhlingkungan terhadap diri sendiri. Dengan meningkatkankesadaran sosial, Kita bisa meningkatkan keahlian untukterhubung dengan orang lain, baik hubungan verbal, nonverbal, maupun hubungan di masyarakat. Hal inilah yang diajarkan oleh romadhan
Tentu puasa sebagai bentuk pelaksanaan ajaran agama sangat sesuai dengan Pancasila. Sesuai dengan sila pertamaPancasila, ibadah bulan Ramadhan merupakan salah satuamalan seorang muslim yang selaras. Pancasila dan UUD 1945 memerintahkan agar setiap pemeluk agama memegangteguh agama dan melaksanakan sesuai dengan ajarannya. Peningkatan keimanan melalui Puasa Ramadhan merupakancermin seorang pribadi yang bermoral Pancasil.
Puasa seyogyanya mampu memupuk rasa solidaritas dan empati kita kepada masyarakat yang tidak punya atau takberkecukupan. Bagi mereka rasa lapar yang muncul pada bulan Ramadan ini adalah merupakan keseharian yang merekahadapi dalam 11 bulan sebelumnya. Karena hidup merekamemang berada pada garis kemiskinan atau bahkan dibawahgaris kemiskinan.
Dengan demikian, penderitaan yang dirasakan bersamamestinya melahirkan kekuatan untuk bersatu bagi bangsa ini, bukan nafsu memperkaya pundi-pundi pribadi apa pun dan bagaimanapun caranya. Bukankah sejarah sudahmenunjukkan solidaritas untuk bangkit dan maju telahmembuat bangsa ini keluar dari ketertindasan?
Solidaritas pula yang membuat perbedaan suku dan agama kala itu terajut menjadi anyaman yang justru indah. Karena itu, alangkah malangnya bangsa yang religius ini jikakesempatan untuk merefleksi diri lewat Ramadan itu menguapbegitu saja. Kalau selepas puasa kali ini pun kita masih belumnaik derajat ke hidup yang baik, boleh jadi puasa yang kitajalani memang hanya menghasilkan haus dan laparsebagaimana dikhawatirkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Bukankah sejarah sudah menunjukkan solidaritas untukbangkit dan maju telah membuat bangsa ini keluar dariketertindasan? Solidaritas pula yang membuat perbedaan sukudan agama kala itu terajut menjadi anyaman yang justruindah. Karena itu, alangkah malangnya bangsa yang religiusini jika kesempatan untuk merefleksi diri lewat Ramadan itumenguap begitu saja. Kalau selepas puasa kali ini pun kitamasih belum naik derajat ke hidup yang baik, boleh jadi puasayang kita jalani memang hanya menghasilkan haus dan laparsebagaimana dikhawatirkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Sesugguhnya, orang yang menjalankan ibadah puasadilatih dan dibiasakan untuk bersikap “kritis” ketika melihatsemua fenomena kehidupan yang sedang berjalan dan terjadidalarn masyarakat luas. Jika seseorang terlatih untuk bersikapkritis dan introspektif diharapkan akan timbul kekuatan dan keberanian moral untuk melakukan koreksi dan tindakanperbaikan terhadap keadaan lingkungan sekitar.
Tindakan koreksi dan perbaikan adalah simbol rasa memiliki dan sekaligus rasa peduli seseorang terhadaplingkungan sekitar. Pada gilirannya, sikap kritis tersebut dapatdisemaikan kepada orang lain, teman seprofesi, seagama, sejawat penyelenggara negara. Tindakan berkelanjutan inidiharapkan akan berujung pada terbentuknya gerakanmasyarakat peduli (care society) lingkungan alam.
Generasi muda dan generasi tua bangsa Indonesia sekarang ini sedang terjangkit penyakit careless society (masyarakat yang tidak peduli). Masyarakat yang acuhterhadap lingkungan sekitar, tidak peduli pada nasib kiri-kanan. Akibatnya, mereka dirundung oleh berbagai penyakitmoral. Generasi mudanya mudah tergiur oleh Narkoba(Narkotika dan obat-obat terlarang) sedang generasi tuanyadihinggapi Penyakit KKN (Korupsi. Kolusi dan Nepotisme) yang sangat kronis yang meluluhlantakkan sendi-sendiperadaban masyarakat Indonesia.
Kedua fenomena moral-sosial tersebut, tidak lain hanyalah menunjukkan bahwa ketahanan mental dan kekuatanmoral bangsa Indonesia memang sangat rapuh, tak berdayadan mencapai titik terendah. Dalam pergaulan sehari-hari, manusia Muslim tidak lagi mempunyai daya tangkal dan nalarkritis terhadap lingkungan sosial sekitarnya.
Pendidikan agama hanya dipahami secara formal-tekstual–lahiriyah, terjebak dan terkurung pada ibadah mahdlah (murni) yang sifatnya terlalu teosentris tetapi kurangdikaitkan dengan “jiwa“, makna“, “nilai” dan “spirit” terdalamdari ajaran-ajaran agama yang dapat menggerakkan jiwaseseorang dan kelompok untuk lebih peduli terhadappersoalan kemanusiaan sekitar (anthroposentris).
Dengan usainya ibadah puasa, seluruh umat Islam bersama seluruh lapisan masyarakat dlharapkan bahkandituntut untuk dapat mengkristalisasikan nilai dan mengambilsikap bersama untuk menanggulangi dan membasmi penyakitmental dan moral yang sedang melilit bangsa yang mengakibatkan krisis multidimensi di tanah air.