SERANG, Fraksigerindra.id — Hari Raya Idul Fitri merupakan hari raya yang sangat penting bagu umat Islam di seluruh dunia. Sejarah hari raya ini memiliki akar yang sangat dalam, dimulai dari zaman Rasulullah SAW hingga saat ini menjadi perayaan yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Hari Raya Idul Fitri awalnya dirayakan oleh suku Anshar sebelum Islam datang, yang disebut sebagai “Yaum al-Fitr” atau “Hari Raya Makanan”. Namun setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan umat Islam untuk merayakan Yaum al-Fitr dengan cara yang berbeda. Beliau menyuruh umat Islam untuk berpuasa selama sebulanpenuh di bulan Ramadan, lalu pada hari pertama bulanSyawal, umat Islam merayakan Idul Fitri dengan cara berdoa, bermaaf-maafan, dan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan.
Ceramah oleh Nara sumber oleh seorang Ustadz yang juga tokoh masyarakat dari Kota Serang. Narasumber menyampaikan materi terkait dengan tema yang dipilih yaitu “ Aktualisasi Pengalaman Nilai Nilai Pancasila dalam PerayaanHari Raya Idul Fitri”.Seusai ceramah kedua pemateri, selanjutnya rehat copy break sejenak, tahapan berikutnya dibuka sesi pertanyaaan untuk pendalaman materi, yang diakhiri dengan jawaban kedua pemateri. Sosialisasi ditutupoleh moderator.
Sebelum acara sosialisasi dimulai, terlebih dahulu diberikanpengarahan oleh H. Desmond J. Mahesa, SH, MH selaku wakil rakyat dari Dapil II Banten. Dalam pengarahannya secara ringkas beliau menyampaikan bahwa sosialisasi empat pilar kebangsaan merupakan salah satu kewajiban dari anggota DPR yang merangkap sebagai anggota MPR. Kewajiban ini merupakan bentuk pertanggungjawaban dariwakil rakyat untuk turut serta menjaga NKRI dan ideology bangsa yaitu Pancasila. Selain tu ikut menjaga keragaman kehidupan berbangsa dan bernegara melalui bhinneka tunggalika.
Terkait dengan tema sosialisasi tentang empat pilar kebangsaan yang mengambil tema tentang : “AktualisasiPengalaman Nilai Nilai Pancasila dalam Perayaan Hari Raya Idul Fitri”. Menurutnya, Idul Fitri merupakan momentum merayakan kembalinya manusia ke fitrah kemanusiaan yang sejati. Proses kembali itu berdimensi ganda, yakni terkaitkesucian diri dan potensi atau kekuatan diri.
”Manusia lahir dengan potensi-potensi insani. SaatRamadhan, kesucian dan potensi itu dilatih dan dikuatkan, yakni dengan meningkatkan kapasitas diri melalui berbagiterhadap sesama, mengembangkan solidaritas dan kesetiakawanan sosial, serta budaya silaturahmi,” , demikianmenurut anggota MPR dari Fraksi Gerindra , H. Desmond J. Mahesa , sabtu (15/04/23) di Komplek Depag Ciwaru, Cipocok, Kota Serang, Banten
Dalam sejarah Islam, Hari Raya Idul Fitri pertama kali dirayakan pada tahun 624 Masehi, setelah kemenangan umatIslam dalam pertempuran Badar. Kemenangan tersebutmenjadi momen yang sangat penting bagi umat Islam dan membuat Rasulullah SAW menginstruksikan umatnya untukmerayakan Idul Fitri sebagai bentuk syukur atas kemenangantersebut.
Selain itu, Hari Raya Idul Fitri juga memiliki makna sosialyang sangat penting dalam Islam. Selama Hari Raya Idul Fitri, umat Islam berkumpul dengan keluarga dan kerabat, salingmemaafkan, dan mempererat tali silaturahmi. Hal ini sejalandengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk selalumenjaga hubungan baik dengan orang lain, terlebih dengankeluarga dan kerabat.
Hari Raya Idul Fitri juga menjadi momen di mana umat Islam memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, baik dalambentuk uang maupun makanan. Hal ini sejalan dengan ajaranIslam yang mengajarkan tentang pentingnya berbagi dengansesama, terutama kepada yang membutuhkan.
Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satumomen penting bagi umat islam. Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia pasti punya banyak tradisi dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri. Mudik dan Halal bihalal merupakan tradisi wajib yang pastidilakukan dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri. Banyak nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam tradisi mudik dan Halal bihalal ini.
Tradisi mudik sangat erat kaitannya dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Mudik atau dalam artian lain pulang kampung ini sudah merupakan aktivitas rutin tahunan bagi sebagianmasyarakat Indonesia yang sebagai perantau atau jauh darikeluarga.
Ternyata dalam tradisi mudik yang rutin tahunan dilakukanterkandung nilai-nilai pancasila. Implementasi sila pertamapancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam tradisi mudik yaitu sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap Allah SWT atas limpahan nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Nikmatdapat menunaikan puasa di bulan Ramadhan dan dapatbersilaturahmi bersama keluarga yang ada di kampung halaman.
Dengan silaturahmi kita bisa saling meminta maaf kepadasanak keluarga dan orang tua, serta dapat melaksanakan sholatIdul Fitri. Tradisi yang ada dalam mudik ini mencerminkannilai pancasila sila pertama.
Pada sila kedua pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” terkandung banyak nilai dalam tradisi mudik. Pemerintah memberikan waktu cuti bersama untukmenyambut Hari Raya Idul Fitri dan didukung pula oleh berbagai pihak seperti pihak swasta.
Dengan adanya cuti bersama ini memberi waktu untuk mudik atau pulang kampung sehingga bisa silaturahmi dengan sanaksaudara. Hal ini merupakan salah satu bentuk implementasinilai pancasila sila kedua.
Implementasi sila ketiga pancasila “Persatuan Indonesia” dalam tradisi mudik diantaranya yaitu kegiatan salingberkunjung, silaturahmi, saling memberi makanan dan minuman ke sanak keluarga yang berkunjung, serta memberiTHR (Tunjangan Hari Raya). Hal sederhana seperti ini bisameneguhkan dan memperkokoh keragaman bangsa termasukmemperkuat persatuan Indonesia.
Pada tradisi mudik juga terkandung nilai-nilai dari silakeempat pancasila “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh HikmatKebijaksanaan Dalam Permusyawaratn/Perwakilan”. Dikutipdari Kumparan.com, dalam tradisi mudik terdapat 3 poinaspek yaitu poin kepemimpinan, musyawarah, dan keterwakilan. Kepemimpinan dari aspek pemerintah sangat dibutuhkan dalam penyedia dan pengatur jalannya proses mudik lebaran oleh warga.
Dalam segala aktifitas yang membutuhkan keputusan yang berdampak sistemik dan luas, tentunya proses musyawarahantar stakeholders sangat perlu dikedepankan. Segalakeputusan yang diambil, diharapkan dapat mewakilikebutuhan setiap elemen masyarakat khususnya pemudiklebaran.
Kemudian, nilai-nilai pancasila sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang terkandung dalamtradisi mudik diantaranya tersedianya sarana dan prasaranabagi pemudik yang disediakan oleh pemerintah untukmemberikan kelancaran, keamanan, dan ketenangan saatmelakukan mudik.
Dengan adanya kita saling bermaaf-maafan, salingbersilaturahmi akan menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan sehingga akan memberikan dampak positif bagikeutuhan bangsa Indonesia.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri merupakan momen penting dan membahagiakan khususnya bagi umat muslim di Indonesia. Tradisi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri seperti tradisimudik dan Halal bihalal harus selalu dilestarikan karenabanyak memberikan dampak positif bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Banyak sekali nilai-nilai pancasila yang terkadung dalamperayaan Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya adalahmemperkuat rasa kesatuan dan persatuan antara sesamamanusia. Dengan adanya keserasian antara perayaan Hari Raya Idul Fitri dan pancasila dapat mengokohkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.