JAKARTA, Pilarnesia.com — Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkap Indonesia berencana mengurangi penggunaan batu bara hingga 60 persen pada tahun 2050.
Ia mengatakan hal ini dilakukan untuk menekan dampak krisis iklim dan sebagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang berperan besar dalam peningkatan suhu global.
“Indonesia berencana mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap hingga 60 persen pada tahun 2050 I, serta akan bergerak maju menuju kondisi tanpa emisi netto pada tahun 2070,” tutur Siti Nurbaya melalui akun Twitter pribadinya @SitiNurbayaLHK, Rabu (24/3).
Untuk memangkas sumbangan emisi dari sektor energi, ia mengatakan Indonesia berencana menerapkan Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage, energi terbarukan dan bioenergi.
Politikus Partai Nasdem itu menjelaskan, meski Indonesia tidak mengubah target penurunan emisi pada Nationally Determined Contribution (NDC) atau komitmen negara pada Persetujuan Paris, pemerintah memiliki skenario lain untuk mendorong target tersebut.
Siti menyebut pemerintah telah menetapkan skenario yang lebih ambisius melalui Low Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP). Melalui strategi itu, ia menyatakan Indonesia akan menjadi penyerap karbo netto di sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan (FOLU) pada 2030.
Indonesia memiliki skenario yang lebih ambisius melalui Low Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP). Pada 2030, Indonesia akan mendekati pada kondisi sebagai penyerap karbon netto di sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan (FOLU).
— Siti Nurbaya Bakar (@SitiNurbayaLHK) March 24, 2021
Ia tidak menjelaskan secara rinci bentuk kebijakan seperti apa yang dihasilkan dari strategi LCCP. Namun, Siti mengatakan ada sejumlah perubahan dalam dokumen NDC tahun ini.
“Updated NDC juga menambah subjek baru dan penguatan komitmen dengan memasukkan laut, lahan basah (mangrove dan lahan gambut) serta kawasan pemukiman manusia (dalam skenario adaptasi),” lanjut dia.
Lebih lanjut, Siti juga menyatakan pemerintah akan segera melakukan rehabilitasi dan penanaman mangrove seluas 600 ribu hektar mulai 2021-2024.
Dalam acara temu media pada Jumat (19/3), Direktur Jenderal Pengelolaan Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman memaparkan sejumlah tiga skenario persentase bauran energi primer hingga tahun 2050.
Pada skenario yang paling agresif, yakni LCCP, KLHK menginginkan bauran energi primer pada 2050 meliputi batu bara 39 persen, gas 12 persen, minyak 17 persen dan energi baru terbarukan 32 persen.
Jika strategi ini diterapkan, diperhitungkan penggunaan batu bara pada 2050 akan mencapai 285 juta ton. Hasil akhirnya, diharapkan akan ada penurunan tingkat emisi gas rumah kaca menjadi sekitar 550 juta ton karbon dioksida ekuivalen.
Meski begitu aktivis lingkungan masih menyoroti berbagai isu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru yang masih digencarkan meskipun banyak negara mulai meninggalkan sumber energi batu bara.