JAKARTA, Pilarnesia.com — Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan perkembangan penanganan virus Corona beberapa pekan terakhir, harus menjadi pembelajaran serius untuk dievaluasi, serta dilakukan perbaikan.
Ia menuturkan, berdasarkan peta zonasi risiko per 29 November 2020, jumlah daerah yang masuk zona merah bertambah cukup banyak.
Adapun daerah zona merah atau risiko tinggi penularan virus Corona, kata dia, naik menjadi 50 dari sebelumnya yakni sebanyak 28 kabupaten/kota. Bahkan, Wiku mengaku kecewa dengan hal ini.
“Saya sangat kecewa karena jumlah daerah yang berada di zona merah bertambah hampir dua kali lipat dari minggu sebelumnnya. Selain itu, jumlah daerah yang berada di zona hijau semakin menipis,” ungkap Wiku di Graha BNPB, Selasa (1/12/2020).
Dari rincian peta zonasi, lanjutnya, pada zona oranye atau risiko sedang jumlahnya meningkat menjadi 374 dari sebelumnya yakni 345 kabupaten/kota. Zona kuning atau risiko rendah, menurun menjadi 75 dari 121 kabupaten/kota.
Dirinya menambahkan, pada zona hijau tidak ada kasus baru menurun menjadi 6 dari sebelumnya 10 kabupaten/kota. Sedangkan, zona hijau tidak terdampak juga menurun menjadi 9 dari sebelumnya 10 kabupaten/kota.
“Keadaan ini harus menjadi cambukan keras bagi kita untuk terus memperbaiki diri, bagi masyarakat jangan pernah abai,” tegasnya.
Praktisi kesehatan ini mengingaykan, bila masyarakat semakin mengabaikan protokol kesehatan, bukan tidak mungkin cepat atau lambat akan menjadi penderita COVID-19.
“Cepat atau lambat, anda akan menjadi penderitanya jika lengah dalam memproteksi diri, lingkungan ataupun keluarga anda,” imbau pria bergelar profesor ini.
Bagi pemerintah daerah dan jajarannya, imbuh Wiku, diminta terus melakukan evaluasi terhadap kedisiplinan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Selain itu, ia meminta agar penegakan kedisiplinan protokol kesehatan harus dimasifkan, serta pelaksaanaan 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan trearment (perawatan) di berbagai tatanan kesehatan di daerah terus digencarkan.
“Kami berharap data ini bisa menjadi cermin bagi kita semuanya, baik pemerintah, maupun masyarakat untuk merefleksikan komitmen kita dalam mengendalikan Covid-19,” tandas Guru Besar Universitas Indonesia ini.