JAKARTA, Pilarnesia.com — Akun Instagram @rizky_irmansyah mengunggah sebuah postingan pada 17 Oktober 2020.
Postingan itu bertepatan dengan hari ulang tahun Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
@rizky_irmansyah mengungkapkan kisah Prabowo Subianto ketika masih aktif di dinas militer TNI.
Salah satu pengalaman tempur yang amat berkesan bagi Prabowo tentunya terjadi di medan juang Timor Timur (sekarang Timor Leste)
Prabowo Subianto yang menyandang Baret Merah Kopassus dikirim ke Timor Timur untuk mensukseskan Operasi Seroja.
Ada kisah menengangkan kala Prabowo diberi tugas menghabisi dedengkot Timor Timur pemimpin gerakan separatis Fretilin, Nicolau Lobato.
Dalam buku berjudul “Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit” karya Atmadji Sumarkidjo, saat itu Prabowo dan pasukannya di BKO-kan bergabung ke Batalyon Parikesit.
Yon Parikesit ini ditugasi misi khusus yakni mengeliminasi pemimpin Fretilin Nicolau Lobato.
Karena buruannya kelas kakap, maka Yon Parikseit diisi tentara elit Tiga Matra Indonesia, sebut saja Kopassus, Paskhas hingga Marinir.
“Tangkap Nicolau Lobato, hidup atau mati!” tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan Operasi Seroja.
Rupanya Yon Parikesit mendapat ‘sambutan’ hangat dimana musuh melakukan perlawanan sengit di wilayah Laklobar dan Soibada.
Jujur saja perlawanan pengawal Lobato dan Fretilin sedikit menghambat Yon Parikesit untuk segera mengeliminasi sasaran.
Di sinilah Nanggala-28 pimpinan Prabowo melakukan terobosan untuk mencapai target.
Prabowo segera melapor kepada Mayor Yunus Yosfiah fimana pada 30 Desember 1978 timnya berhasil mengendus pergerakan pasukan Fretilin pimpinan Lobato ke arah Selatan.
Prabowo dan timnya yakin jika Lobato ada di sana karena Fretilin dikenal tak doyan mengerahkan pasukan besar dan pastilah mereka sedang mengawal pemimpinnya.
Tanpa banyak buang waktu, Prabowo segera diperintahkan melakukan misi penyekatan ke pasukan Lobato itu.
Strategi pengepungan disusun, semua pasukan yang ada dikerahkan untuk menghabisi Lobato.
Prabowo bersama Nanggala -28 sendiri sudah meluncur ke lokasi.
Langsung saja sesampainya di lokasi kedua belah pihak kontak senjata.
Pertempuran besar terjadi dimana TNI dengan pasukan elitenya mendapat perlawanan gigih dari pengawal Lobato.
Mayat anggota milisi Frteilin bergelimpangan dimana-mana namun Lobato tak mau menyerah.
Malah Lobato mencoba melarikan diri namun gerakan mereka dicegat oleh Batayon 744 Somodok dan Lobato ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit TNI asli Timor Timur.
Tewaslah pemimpin besar Fretilin itu hingga kabar kematian Lobato menjadi pemberitaan media massa tanah air maupun luar negeri.