JAKARTA, Pilarnesia.com — Pemerintah Jerman sepakat untuk memberikan dana talangan senilai 9 miliar euro atau setara Rp145 triliun ke maskapai penerbangan Lufthansa. Keputusan ini lahir setelah negosiasi intens selama berminggu-minggu di tengah pandemi virus corona.
Dana talangan itu akan membuat 20 persen saham atau ekuitas Lufthansa beralih ke Pemerintah Jerman, sekaligus mendudukkan dua pejabat di kursi dewan pengawas. Lufthansa sendiri merupakan maskapai penerbangan di Jerman, Austria, Swiss, dan Belgia.
Dalam pernyataan pada Senin (25/5), manajemen Lufthansa mengatakan bahwa Dana Stabilisasi Ekonomi Federal Jerman, yang digunakan untuk membantu perusahaan yang terdampak pandemi covid-19, sudah mendapat dukungan dewan eksekutif perusahaan.
Pemerintah Jerman juga akan menyuntikkan hingga 5,7 miliar euro ke maskapai yang berbasis di Frankfurt itu dengan pengembalian sebesar 4 persen tahun ini dan berikutnya, sebelum meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Paket ini juga mencakup fasilitas kredit tiga tahun hingga 3 miliar euro, yang sebagian besar akan datang dari bank pembangunan milik negara Jerman, KfW.
Pemerintah Jerman juga mengakuisisi 20 persen saham Lufthansa dengan harga 2,56 euro per saham, dengan total pembelian sekitar 300 juta euro.
Kemudian, Pemerintah Jerman memiliki opsi untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 25 persen plus satu saham.
Lufthansa setuju untuk menjual sahamnya secara penuh pada akhir 2023, bergantung pembayaran dari investasi US$6,2 miliar dan harga saham di atas harga pembelian.
Saham Lufthansa, yang tergerus hampir setengahnya pada tahun ini, ditutup pada 8,64 euro per saham di Frankfurt pada Senin kemarin.
“Sebelum pandemi, perusahaan sehat dan menguntungkan dan memiliki prospek bagus untuk masa depan, tetapi perusahaan itu menghadapi keadaan darurat eksistensial karena krisis korona saat ini,” tutur pemerintah setempat dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.com.
“Paket stabilisasi pemerintah federal memperhitungkan kebutuhan perusahaan serta kebutuhan pembayar pajak dan karyawan Grup Lufthansa,” tambah dalam pernyataan.
Lufthansa, yang mencatat kerugian kuartal pertama sebesar 1,2 miliar euro disebut tidak berharap muluk-muluk penerbangan global akan pulih dari pandemi selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan ini juga telah menutup anak perusahaan, Germanwings, dan berencana mengurangi 10 ribu pekerjaan.
Dua kursi di dewan pengawas Lufthansa harus diisi sesuai perjanjian dengan Jerman dan salah satunya adalah menjadi anggota komite audit. Menurut Pemerintah Jerman, kursi-kursi ini akan dialokasikan untuk para ahli independen.
Grup maskapai penerbangan itu juga mungkin diminta untuk melepaskan pembayaran dividen di masa depan.
“Lufthansa berkomitmen untuk mengejar tujuan keberlanjutan, termasuk memperbarui armadanya,” kata pemerintah Jerman, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang kondisi lingkungan yang terkait dengan bailout.
Lufthansa mengatakan dewan manajemen dan pengawasnya akan segera berkumpul untuk mengadopsi resolusi paket penyelamatan, yang tunduk pada persetujuan pemegang saham dan peraturan.